Ujian Praktek Berujung Maut, 11 Mahasiswa Penjaskes Rek UHO Terseret Ombak di Pantai Batu Gong. Berikut Kronologi nya dan Penjelasan Kajur Penjaskes FKIP UHO

Kronologi Kejadian Mahasiswa Penjaskes Rek di Pantai Batu Gong, Beserta penjelasan Kajur Penjaskes FKIP UHO

Detik-detik mahasiswa UHO membantu rekannya yang terseret arus

Kendari – Kabar duka kembali menyelimuti kampus Universitas Halu Oleo Kendari. Rombongan mahasiswa Jurusan Penjaskes Rek, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) mengalami nasib nahas saat mengikuti ujian final di Pantai Batu Gong, Kelurahan Lalonggasumeeto, Kecamatan Batu Gong, Kabupaten Konawe pada Minggu (11/7).

Sebanyak 10 mahasiswa angkatan 2019 Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi (Penjaskes Rek) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari terseret ke laut saat mereka sedang melakukan Ujian Praktik sekaligus rekreasi di Pantai Batu Gong. 

Dari 10 mahasiswa itu, 8 orang selamat, 1 orang meninggal dunia dan 1 orang belum ditemukan dan masih dalam proses pencarian oleh pihak Basarnas Kendari. 

Salah satu mahasiswa Penjaskes Rek FKIP UHO, Aknan, saat dikonfirmasi awak media ini menjelaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan praktik mata kuliah belajar motorik sekaligus rekreasi. Mereka berangkat ke Pantai Batu Gong bersama salah satu dosen berinisial AA sekitar pukul 10.00 Wita dengan jumlah kurang lebih 100 orang.

“Semua angkatan 2019, jam 9 kita kumpul dulu di kampus, dan jam 10 kita berangkat. Sekitar 100 lebih yang berangkat. Tiba di sana kita bakar-bakar ikan, tujuannya sebenarnya tadi praktik tapi saya kurang tau juga karena cuaca juga kurang mendukung. Jadi tidak ada praktik tadi”, jelasnya.

Ia juga mengatakan bahwa salah satu teman mereka Muh Fairuz Nisam meninggal dunia saat tenggelam karena terseret ombak sekitar pukul 16.00 Wita.

“Tadi tinggi air, baru kencang ombak. Yang meninggal itu dari Kendari, di Andonuhu Rumahnya”, ungkapnya.

Humas Basarnas Kendari, Wahyudi, dalam rilis persnya menyampaikan bahwa hingga pukul 22.00 Wita masih 2 orang korban yang belum ditemukan.

Kedua korban itu bernama Robin, jenis kelamin laki-laki merupakan mahasiswa Penjaskes Rek FKIP UHO, dan Muh Akhir, jenis kelamin laki-laki salah satu warga Desa Toolawawo, Kecamatan Lalonggasumeeto, Kabupaten Konawe.

“Hingga pukul 22.00 wita Operasi SAR dihentikan sementara dengan hasil nihil dan akan dilanjutkan besok pagi pada pukul 06.00 wita”, jelas Wahyudi.

Menurut informasi yang dihimpun media ini, Muh Akhir, salah satu korban yang belum ditemukan itu merupakan warga yang ikut menolong tenggelamnya mahasiswa UHO itu.

“Adapun kronologis kejadian bahwa mahasiswa UHO yang berada di pintu 2 pantai Batu Gong turun ke laut untuk berenang dengan kondisi laut yang berombak 2 meter. Dan selanjutnya korban hanyut terbawa ombak dan bagi rekannya dan warga setempat yang melihat kejadian tersebut langsung mengambil langkah untuk menolong. Namun menurut informasi salah satu warga Desa Toolawawo, Kecamatan Lalonggasumeeto, yang bernama Muh Akhir yang ikut menolong hingga saat ini juga belum ditemukan”, kata Kapolsek Lalonggasumeeto dalam laporan tertulisnya yang diterima Media ini.

Sementara itu, Dekan FKIP UHO, Jamiluddin, saat dikonfirmasi mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa bersama salah satu dosen Penjaskes Rek yang hingga menimbulkan peristiwa nahas itu tanpa sepengetahuan pihak Jurusan maupun Fakultas.

“Saya tanya ketua jurusan, juga tidak ada izin dari ketua jurusan”, ungkapnya.

Ia menegaskan bahwa saat suasana pandemi seperti sekarang ini tidak diperbolehkan untuk melaksanakan kegiatan kuliah maupun praktik secara tatap muka apalagi di luar kampus.

“Yang jelas kegiatan ini diluar izin fakultas. Kita tidak pernah memberi izin untuk kuliah offline. Jadi kegiatan yang dilakukan salah satu oknum dosen itu kegiatan liar”, tegasnya.

Olehnya itu kata Jamiluddin, jika ada dosen yang membawa mahasiswa di luar kampus maka yang bertanggung jawab adalah dosen yang bersangkutan.

Ketua Jurusan Penjaskes, La Sawali kepada Sultranesia mengatakan, awalnya dia mengetahui kejadian tersebut di grup whatsapp.

“Setiap mata kuliah itu saya bikin grup. Saya baca di grup itu rame habis magrib. Saya telepon dosennya tapi tidak diangkat. Kemudian saya tanya di grup, itu angkatan berapa dan ada yang menjawab angkatan 2019,” ujarnya.

Sawali menelepon Ketua Tingkat (Keting) Kelas A angkatan 2019, tapi yang bersangkutan mengaku tidak mengetahui itu sebab masih berada di Raha. Kemudian dia menelepon Keting Kelas B, dan Keting tersebut mengakui bahwa itu adalah angkatannya.Dia mengintrogasi mahasiswanya, atas inisiatif siapa sehingga berani mengikuti kegiatan itu apalagi dalam suasana pandemi COVID-19.


Dari hasil introgasinya, mahasiswa mengaku mereka mengikuti kegiatan itu karena arahan dari salah seorang dosen untuk mengikuti final mata kuliah Belajar Motorik dan dilakukan di Pantai Batu Gong.

Dia menyayangkan tindakan gegabah dosen tersebut sebab kegiatan akademik mahasiswa saat ini tidak boleh dilakukan secara tatap muka melainkan melalui daring. Apalagi sudah ada larangan dari pihak universitas sendiri.

“Totalnya itu ada 108 orang. Kelas A ada 48 orang, kelas B ada 50 orang ditambah senior 10 orang. Mereka takut kalau tidak hadir karena mau final,” tambahnya.Saat mengajak rombongan mahasiswa, dosen tersebut juga tak berkoordinasi dengan penanggung jawab mata kuliah itu. Bahkan, mahasiswa yang hadir mengumpulkan uang sebesar Rp 50 ribu untuk biaya operasional mereka.

“Dosennya ambil inisiatif sendiri,” bebernya.

Lebih lanjut, Sawali berkata, rombongan tiba di Batu Gong saat cuaca sedang hujan. Sesampainya di sana, mahasiswa tidak melakukan praktek sesuai mata kuliah yang dosen itu janjikan.

“Sampai di sana mereka bakar ikan, kemudian makan. Habis makan ada yang mandi, ada yang main bola, sampai muncul kejadian itu,” kesalnya.

Dia menilai, kegiatan itu bukanlah final melainkan rekreasi yang diinisiasi oleh dosen itu sendiri sembari mengajak mahasiswanya.

“Saya sudah telepon, WA tapi belum direspon. Kita akan panggil dosen yang bersangkutan,” kata Sawali.

Sebelumnya, dalam insiden itu ada mahasiswa yang terbawa arus saat berenang. Rekan-rekan yang lain saling bergandengan memberi pertolongan tetapi justru terpisah satu sama lainnya saat ombak menghantam mereka.

Sementara itu, Kepala Basarnas Kota Kendari, Aris Sofingi mengatakan 8 orang bisa selamat.

Tetapi 1 mahasiswa meninggal dunia bernama Muh Fairuz Syah Nizam, 2 orang hilang bernama Robin, mahasiswa Universitas Haluoleo Kendari, dan Muh Akhir, warga Batu Gong. “Saat ini tim masih melakukan pencarian,” pungkasnya.

Komentar